Suatu hari seeekor Mihong cantik sedang berjalan- jalan ke pusat belanja yang ada di dekat jembatan di kotanya. Ia menaiki eskalator menuju lantai paling atas dimana terdapat foodcourt dengan pemandangan yang sangaaatt indah. Tak berapa lama kemudian ia pun menemukan posisi duduk yang pas di balkon. Ia lalu merogoh tas mungilnya, mengeluarkan kertas gambar dan mulai melukis pemandangan alam yang indah itu.
Di tengah keseriusannya melukis, tak jauh dari tempat ia duduk ternyata sedang berlangsung acara shooting sinetron kejar tayang. Aktor kawakan yang sedang berakting di depan kamera itu adalah Dude Herlino. Siapa yang tak tahu Dude, ia tampan, terkenal, baik hati, sayangnya ia sudah punya pacar yaitu si Asmirandah. 'Cut' ketika scene film dipotong diiringi tepuk tangan para kru film, Dude memperhatikan dari jendela kaca yang besar, ada seorang wanita cantik yang sedang tenang melukis di balkon.
"Mas Dude, silakan diminum." ujar seorang kru film sembari menyodorkan sebotol air mineral dingin pada Dude.
"Makasih mas, nanti saya minum." balas Dude sembari matanya masih tertuju pada sosok cantik yang sejak tadi ia perhatikan. Dude pun berjalan perlahan mendekati sang gadis cantik tersebut yang sama sekali belum menyadari kehadiran Dude. Dude menggeser kursi ke dekat gadis itu, kemudian duduk dan berdehem pelan.
"ehhemm...lagi ngelukis ya mba?" ujar Dude sambil mengintip kertas gambar gadis itu.
"oh..iya...eh...mas Dude Herlino ya??!! atau mirip doang?!" ujar Mihong kaget melihat ada sesosok mahluk cakep di depannya.
"iya..saya Dude Herlino. Mba siapa namanya?" tanya Dude.
"Wahh...Dude Herlino benerran!! Saya Mihong... lengkapnya Mihong Gumihong Sumihong Samihong-mihong." ujar Mihong dengan mata berbinar- binar, tak percaya dirinya disapa oleh artis yang selama ini hanya bisa ia lihat di layar kaca.
"Mba lagi ngegambar apa? dari tadi keliatannya serius banget."
"Oh ini, lagi ngelukis pemandangan alam, bersama Cilla dan Milo. Itu nama anak-anak pohon saya."ujar Mihong. Dude tak mengerti maksud Mihong, namun gambar Mihong nampak sangat indah sekali. Lukisan gunung dan sawah dengan matahari yang seperti bunga dan dua mahluk bulat yang aneh.
"Wah, gambarnya indah sekali mba Mihong, boleh tidak kalau mba ngelukis saya?" tanya Dude.
"Oh, dengan senang hati mas..." ujar Mihong. Mihong pun segera mengambil posisi. Diminta secara langsung untuk melukis wajah artis kawakan seperti Dude adalah suatu hal yang sangat jarang, mungkin hanya sekali seumur hidup. Mihong harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Mihong pun mulai bergelantungan mencari angle yang tepat untuk mengabadikan wajah tampan sang artis di atas sehelai kertas gambar. Dimulainya menggambar mata Dude yang besar dan indah. Disaat yang bersamaan mata itu juga sedang menatap Mihong dengan pandangan yang begitu tajam. Mihong tersipu malu-malu, jantungnya berdebar tak karuan. Apakah Dude telah jatuh cinta pada ku?? pikir mihong. namun pikiran itu segera ditepisnya...ah, tak mungkin...tak mungkin orang seperti Dude jatuh cinta pada wanita sederhana sepertiku, ujar Mihong dalam hati.
Tak lama kemudian, lukisan wajah Dude telah selesai. Dude memuji keahlian Mihong melukis. Mihong tersipu malu, wajahnya bersemu merah.
"Mba Mihong, mau gak Mba ikut sama saya ke Jakarta?" tanya Dude. Seketika itu juga mata Mihong membelalak, ia kaget dengan pernyataan Dude yang baru saja didengarnya. Apakah ini nyata?? Oh Tuhan...
"Tentu saja....tentu saja!! saya mau mas...mau...!!" nafas Mihong tersengal-sengal dia shok setengah mati, sekaligus begitu bahagia di saat yang bersamaan.
Tak lama kemudian, Mihong telah duduk di atas mobil Mercy yang dikendarai oleh sopir pribadi Dude, dengan Dude duduk di sampingnya. Karena Mihong sungguh tak kuasa atas kenyataan ini, ia tertidur di mobil sampai mobil tersebut sampai ke sebuah rumah mewah. Rumah mewah itu nampak ramai, seakan ada suatu acara besar yang sedang diselenggarakan.
"Kita sekarang ada dimana Mas Dude?" tanya Mihong.
"Ini rumah saya...ayo kamu ikut pembantu saya dulu, ganti baju karena sekarang ada pesta, dan kamu harus ikut yah..." ujar Dude sambil melambai pada wanita-wanita berseragam yang sedang membungkuk- bungkukkan badan. Para wanita itu menyambut Mihong dan membawa Mihong ke ruang rias dimana terdapat banyak baju dan assesoris yang indah- indah.
Mihong seakan tak percaya melihat bayangan di cermin itu adalah dirinya. Ia mengenakan gaun yang sangat indah, yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, dengan sepatu wedges cantik di kakinya. Mihong melenggang cantik menuruni anak-anak tangga yang telah diselimuti permadani merah.
Pesta telah berlangsung, musik mengalun menghentak- hentak mengajak untuk berdansa. Mihong melihat kesana kemari diantara keramaian, mencari sosok Dude, namun tak jua ia melihatnya. Tiba- tiba suara musik berhenti, semua mata tertuju ke atas panggung. Dude telah berdiri di atas sana disampingnya nampak Asmirandah yang sedang menggandeng tangan Dude dengan mesra. Hati Mihong langsung terasa bagai pecah berkeping- keping.
"Para hadirin sekalian, saya sengaja mengundang Anda sekalian untuk datang ke Pesta ini untuk mengumumkan sebuah hal penting." Dude berhenti sebentar sambil melirik ke Asmirandah. Asmirandah nampak tersipu malu. Mihong melihat sesisir pisang di atas meja dan menarik sebatang pisang diantaranya lalu memakannya dengan emosi sambil menatap dengan penuh kebencian pada pasangan itu.
"Saya ingin mengumumkan bahwa..." Dude melanjutkan pengumumannya. "Bahwa hari ini pertunangan saya dan Asmrandah...........Dibatalkan. Maaf Asmirandah....tolong kamu turun dan mejauhlah dari saya...kini saya sudah mencintai orang lain". Asmirandah nampak begitu shok, menatap Dude dengan tatapan tak percaya, mulutnya ternganga. "Tapi Dude....tapi....waktu dulu kamu bilang, kamu bakal nikahin saya....kamu bohong!!" Asmirandah mulai menarik- narik tangan Dude.
"Security....!!" ujar Dude, tak lama kemudian tiga orang satpam muncul menarik Asmirandah menjauh dari Dude.
"Tidaaakkk!!! Lepaskan!! Lepaskan saya!!! Leppaskan!! Dudee!! kenapaaa??!!! kenapa Dude?!!! kenapa??!!" Asmirandah berteriak-teriak sembari diamankan oleh tiga satpam yang membawanya pergi.
"Keputusan saya sudah bulat....saya telah memilih seorang wanita sederhana yang saya temui di kota Bandung. Seseorang yang pandai melukis, seseorang yang sangat saya dambakan, yang muncul di mimpi- mimpi saya. Akhirnya saya bertemu juga dengannya..." ruangan yang ramai itu sunyi senyap ketika Dude berbicara. Mata Mihong berbinar-binar, kedua tangannya ditangkupkan di depan dada... mungkinkah orang yang dimaksud Dude itu adalah dia....mungkinkah...ya...siapa lagi kalau bukan dia...
"Perkenalkan semuanya...ini adalah wanita yang saya maksud." ujar Dude, sembari sebuah tirai biru raksasa membuka dihadapan para hadirin. Mihong memperhatikan dengan lekat, bukankah orang itu harusnya aku...aku...aku....aku disini Dude!! ujar Mihong dalam hati.
Asap- asap putih tebal bergumpal- gumpal keluar dari balik tirai yang terbuka itu. Sesosok bayangan wanita nampak di balik kabut tebal. perlahan- lahan bayangan wanita cantik itu bergerak keluar dari gumpalan mistik kabut putih. Dia adalah.....
"Rarong??!!!!!!" Mihong tak sanggup menahan dirinya untuk tidak menjerit.
Rarong mengambil mic dari tangan Dude. "Kamu kaget ya Mihong??!! hahahahahahaha!!!"
"Hahahahahahaha!!!"
tawa itu terus menggema...menggema...memekakkan telinga Mihong. Mihong ingin lari tapi tak tahu hendak kemana. Suara tawa itu seakan menghantuinya dari segala penjuru....
"Tidaaaaaakkkk!!!"
*To Be Continued
No comments:
Post a Comment