28.12.10

Berlin

Saya masih gak ngerti kenapa lagu ini diberi judul Berlin. But after all, I like this song and keep playing it recently.
your single side won't be denied
your melodramatic instant sign
is beyond my reach
missing you is just too much
why don't you just figure it out
you're fading and i'm still waiting

those words that you wrote on the postcard
is as cold as the winter chill
seems to me it's not a priority
it's just another little sign
that you're fading and i'm still waiting

you'll fade away...

Surat Untuk Firman

Tulisan dari salah seorang penulis Indonesia, E.S. ITO...silahkan dinikmati...

Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?

Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.

Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata “bisa” belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah. Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.

Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang. Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa. Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan. Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan. Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.

Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!




21.12.10

Berharap Lalu Kecewa

Pernahkah kita berharap?
Pernahkah kita menggantungkan harapan yang tinggi?
Pada manusia, pada pekerjaan, pada apapun itu...
Ketahuilah, jika kita menggantungkan harapan terlalu tinggi, maka suatu saat ketika yang diharapkan itu membuat kita kecewa, maka jatuhnya akan terasa sakit sekali.
Harapan terkadang hanyalah angan-angan kosong belaka...berharap sepertinya akan begini, berharap sepertinya dia begini, begitu...
Semua itu hanyalah khayalan hampa, karena belum tentu yang diharapkan sama seperti yang kita bayangkan....
Terkadang semua itu hanyalah ada dalam pikiran kita, padahal pada kenyataannya yang diharapkan toh sama sekali tidak demikian...
Karena itu, berhentilah berharap pada sesuatu yang tidak pasti. Be realistic!
Gantungkan harapan hanya pada zat yang paling tinggi, Allah SWT. Karena hanya Dialah yang takkan pernah membuat kita kecewa.
*Mae muki, gambarimashoo...!!




* berpikir positif, dan tetap semangat...!!

20.12.10

Euphoria Bola

Suatu ketika dalam perjalanan pulang dari lab menuju kosan, saya tertegun ketika beli teh kotak di warung dekat kosan saya. Pasalnya, teteh pemilik warung yang  hobinya nonton sinetron, tiba-tiba saat itu terlihat sedang serius menyaksikan pertandingan bola. Rupanya si teteh sedang serius menonton pertandingan piala AFF antara Indonesia vs Malaysia ketika laga grup. Saya masuk ke kosan, para penghuni sedang berkumpul ramai-ramai di depan tv menonton hal yang sama. Saya pun mulai sadar, ooh....ternyata orang-orang pada mau nonton pertandingan bola ini tohh....pantesan tadi di lab pada heboh (autis mode).

Beberapa hari berikutnya, ketika membeli capcay di tenda mawut sepulang dari lab juga. Nampak bapak pemilik tenda mawut yang tidak pernah menyiapkan tv di tenda dagangannya, tampak menyetel-nyetel antena di atas tv berukuran 18 inchi. Rupanya laga pertama Indonesia vs Filipina sudah akan dimulai. Nampak seluruh mata di tenda itu, dari juru masak, para pelanggan, penjual martabak, dan pengamen, mengarah ke tv tersebut. Terasa suatu 'hawa' yang berbeda yang tidak pernah saya rasakan di hari biasanya. Saya jadi merasa ingin cepat-cepat pulang ke kosan, pasti ramai nonton bareng anak kosan  yang suka pada heboh. Di sepanjang jalan menuju kosan, saya melihat hampir di semua tenda warung, salon, toko, tempat fotokopian, sedang ramai menonton timnas Indonesia berlaga.
Ketika gol berhasil diciptakan dari kaki Christian Gonzales, suara suka cita itu bergemuruh dalam waktu bersamaan....
Tak hanya di stadion tempat kemeriahan itu sedang berlangsung, tak hanya di kamar mungil kosan ini, tak hanya di rumah saya di Makassar, tak hanya di tenda-tenda makanan sepanjang Balubur, tak hanya di mall-mall atau cafe-cafe sepanjang jalan Setia Budi yang mengadakan acara nonton bareng, tapi juga di desa-desa terpencil nun jauh di sana, di pulau-pulau kecil berpenghuni, di perbatasan negeri, bahkan mungkin ada yang  di luar negeri. Seluruh Indonesia bersorak!
Ini bukan piala dunia, tapi euphoria yang ada di udara melebihi piala dunia...
Sungguh beda rasanya ketika dulu kita mendukung Spanyol atau Belanda...
Kini kita berteriak INDONESIA!! INDONESIA!!
Sukses untuk Timnas Indonesia. Semoga berhasil mengalahkan Malaysia di babak Final nanti, amin...





Ohisashiburi (Lama Tak Jumpa)

Sudah lama sekali saya tidak menorehkan guratan tulisan di blog saya yang ini. Gara-gara habis install ulang laptop dan reminder passwordnya hilang semua. Jadi, saya lupa password blog ini apa (parah!!). Tapi syukurlah, setelah mengingat-ingat lebih lanjut akhirnya blog ini bisa juga dibuka...
Alhamdulillah...

Hmm...
Baiklah saya mulai saja menorehkan guratan saya mulai hari ini 20 Desember 2010...

1.5.10

Komik Jilbab di Syria



Ampuuunn....
Gatel banget dari dulu saya pengen nerbitin gambar yang saya nemu di internet ini...
Gambar ini saya dapet dari blog orang Syria. Katanya ini gambaran macam-macam cara orang memakai jilbab di Syria.
Saya jadi gatel pengen share gambar ini pas ngeliat gambar paling bawah sebelah kiri. "Veiled Indonesian Maid"
OMG, jadi dimana-mana Indonesia emang terkenal dengan TKW nya.
Hmm...rada miris memang tapi begitulah kenyataannya. Pengen deh, suatu saat negara kita terkenal dengan kualitas tenaga kerjanya, bukan sebagai Maid, tapi dalam profesi-profesi seperti: Professor, Researcher, Teacher, Engineer, etc. Tapi kapan??
Gimana negara kita mau maju kalau selalu dikenal sebagai negara babu??!

Finally...

Alhamdulillah akhirnya sekarang saya bisa membuka lagi blog ini...
Sepertinya waktu dulu ada masalah dengan providernya (blogspot) sehingga saya tidak bisa membuka blog ini...
Tadinya kirain karena saya lupa passwordnya...
Tadi pas nyoba buka lagi eh...tiba-tiba bisa terbuka langsung bahkan tanpa login pake password...
sungguh aneh...