9.6.11

Kenapa nama saya Aura Purify??

Aura Purify


Dari lahir saya tidak pernah merasa aneh dengan nama itu, saya menganggapnya wajar-wajar saja. Saya juga heran banyak yang bertanya ada mimpi apa atau peristiwa apa sehingga saya diberi nama seperti itu. Saya baru menyadarinya ketika saya beranjak dewasa dan mulai mengalami peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh keanehan nama saya. 
Dari mulai kadang dapat jatah soal ujian untuk agama kristen, dikerumunin bule-bule yang menatap amazing nama saya, dikira bukan orang Indonesia, di-reject ketika add friend di FB (karena ga dikenali), di add friend dan dimasukin family tree keluarga negro yg namanya belakangnya Purify, dikira nama alay, dll. heuh...

Saya dari dulu tak pernah diberi tahu oleh orangtua saya kenapa saya diberi nama seperti itu. Yang saya tahu hanyalah sejarah nama panggilan saya Rara yang diberikan oleh ibu saya dan keluarganya. Rara nama saya ini beda dengan nama Rara pada umumnya, Rara yang dimaksudkan disini sebenarnya adalah Ra'ra'/ Rakrak, pakaian Toraja yang terbuat dari emas.


Beberapa hari sebelum saya dilahirkan di Jakarta, nun jauh di Tana Toraja sana, tongkonan nenek saya habis dilalap api, di dalamnya terdapat baju Rakrak yang dijaga turun temurun. Baju itu lenyap sudah entah kemana, kemudian lahirlah saya. Kebetulannya adalah Rara' menandakan darah keturunan murni. Kepercayaan mitos masih berakar kuat di Tana toraja. Dengan lahirnya saya yang notabene campur-campar gak jelas keturunan bermacam suku Nusantara dan ras asing, dianggap lenyaplah kemurnian darah itu pada saya. Jadi harapannya saya dapat menggantikan harta pusaka Rakrak yang lenyap itu. (berat juga ya...hehe...)

Mungkin untuk  mengimbangi nama panggilan saya yang bernilai tradisional dan historis, ayah saya kemudian memberi saya nama yang modern, kebarat-baratan, Aura Purify. Ayah saya hanya memberi tahu maknanya bahwa ia ingin anaknya memancarkan 'cahaya kebajikan' Aura Purify.
Begitu saja tidak kurang, tidak lebih...

Sekian. :)


7.6.11

Paralelisme Semesta dan Konsep Ilahiah

Udah lama nih, saya gak nulis mengenai sesutu yang setidaknya rada mikir...mm...dan serius dikit, hehe...
Jadi terinspirasi nulis tentang hal ini setelah ngebaca notes-nya mbak Wulanita mengenai realitas yang paralel, serta kegalauan seorang sahabat yang kerap kali mengunjungi kamar saya untuk konsultasi jodoh..:P

“Paralelisme semesta itu bukan suatu kebetulan, melainkan telah diatur sedemikian rupa olehNya.”

Sejak awal penciptaannya hingga sekarang, semesta ini senantiasa bergerak. Bumi yang kita pijakpun bergerak tanpa kita menyadarinya. Bahkan benda yang kita anggap diampun partikel atom penyusunnya senantiasa bergerak, bertumbukan, beresonansi.  Begitupun kehidupan ini, senantiasa bergerak menyusuri dimensi waktu. Ia yang Maha Mengatur telah membentuk seluruh jagad raya ini secara detail dan harmonis. Adakah yang demikian merupakan suatu kebetulan? Begitulah semesta ini dan segala isinya diciptakan, dalam Islam hal tersebut merupakan Sunnatullah kehendak dari sang Maha Pencipta.

Semesta ini awalnya merupakan satu kesatuan, maka semua di alam semesta ini secara langsung tak langsung dapat saling berhubungan. Tanpa kita sadari, bisa saja yang terjadi saat ini pada diri kita mempengaruhi kehidupan seseorang di masa depan. Atau mungkin suatu peristiwa yang terjadi di luar negeri saat ini nantinya akan memberi pengaruh besar bagi hidup kita. Tak ada yang tak mungkin, semesta ini bergerak, dan takdir Tuhan tidak ada yang mengetahuinya.  Inilah yang saya tangkap dari maksud paralelisme semesta (Cmiiw).

Alam semesta , benda – benda langit bergerak pada porosnya. Kehidupan juga memiliki porosnya sendiri yang memiliki daya untuk dapat menarik hal – hal tertentu masuk ke dalam area “atmosfer” –nya. Porosnya adalah jiwa. Dayanya adalah hati, dan pikiran. Manusia dibekali dengan kekuatan untuk berencana dan bertindak untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun takdir yang akan terjadi padanya, Allah telah menentukan dalam Lauhul Mahfudz.

“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu (QS. Adz-Dzaariat : 22)

Akan tetapi, selama takdir tersebut belum berlaku atau belum terjadi, manusia harus terus berusaha (bergerak) sebagaimana alam semesta ini terus bergerak.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah apa-apa yang terdapat pada diri mereka...” (QS. 13 : 11)

Demikian pula dalam pencarian jodoh. Dari dulu hingga sekarang saya tetap yakin Jodoh alias soulmate saya telah ditulis dengan jelas di kitab Lauh Mahfudz. Seperti apa dan siapa orangnya, tentunya tidak dapat diketahui. Namun semesta ini paralel, selama takdir belum berlaku, manusia punya daya untuk menarik dan mengikatkan dirinya sesuai dengan kecenderungan jiwanya. Yang dapat saya lakukan sekarang adalah merotasikan jiwa saya pada kecenderungan yang baik, agar mendapatkan soulmate yang baik juga (amiinnn....). Demikian adalah janji Allah yang tertera di Al-Qur’an:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS. An- Nuur : 26)

Wallahu a’lam bissawab...