18.9.15

Inner Critic -- My Worst Enemy

Jelek banget sih
Goblog banget sih
Tolo mentongg kauu
Tololl T-O-L-O-L
Terlalu PD ko
Bondeng
Battala'
Pemalasmu
Rantasa'
Paling jelek sedunia
si tolol bin goblog
Memalukann
menyebalkan
bikin malu saja kerjanya
Cewe ko itu??!
Gak berguna
Paling tolo'
Ndak mungkin ko bisa
Si aneh
Si geblek
Si jelekk
Gendut
Apa itu??! Buang2 waktu ko saja
Bikin kotor2 ko saja
Ndak gunamu!
Tidak adanya gunamu!
Ndak ada nya guna-guna mu kau hidup!
Kelaut moko saja deh
Mati laloko

Itulah sederet inner critic,  suara dari dalam diri yang berisi kritikan, yang berhasil saya tangkap. Mungkin masih banyak lagi yang lainnya yang tidak saya sadari. Selama ini suara-suara itulah yang telah mempengaruhi untuk tidak maju, tidak mencoba, tidak memulai, semua mimpi dan cita-cita, keinginan dalam hidup. Suara itu selalu meyakinkan bahwa diri ini tidak pantas, tidak layak, dan ide-ide yang terbersit di pikiran tidak pernah cukup bagus untuk tidak ditertawakan.
Dari mana datangnya suara-suara itu?
Entahlah, beberapa diantaranya ada yang terdengar mirip suara orang tua, keluarga, teman dekat, dan lainnya, yang mungkin saja tidak menyadari apa yang mereka katakan akan terus membekas pada si objek penerima.
Bukan juga salah mereka, mungkin saya yang terlalu sensitif dan entah mengapa saya seperti itu, saya memang aneh. Yak, mulai lah kritik lagi hahahaa...
Suara-suara ini harus kulawan.
Tapi apakah kamu bisa, kamu mental krupuk begitu?! ( si suara ini spontan langsung menjawab begitu)
Pertarungan ini rasanya tidak akan mudah.
Mana mungkin kamu bisa, kamu kan orangnya lemah! ( teruss...teruss,...serbu saya dengan suara-suara itu)
Pasti bisa, saya pasti bisa mengubahmu menjadi cheerleadr yang selalu mengucapkan kata-kata bahagia.
Kamu gak akan bahagia, apapun yang kamu coba, kamu memang gak ditakdirkan untuk bahagia.
Saya gak akan menyerah sampai di sini...benar kata pepatah "you are your own worst enemy".
Diri sendirilah musuh terbesar itu.
Sudah cukup badan saya saja yang menyerang diri sendiri (karena penyakit autoimmunism), tak perlu ada kata-kata di kepala yang ikut menyerang diri sendiri.
Sudah cukup seluruh badan terasa nyeri, gak perlu ditambah nyeri di pikiran dan perasaan.

Apakah semua ini terdengar seperti drama??
Well, inilah yang terjadi...







No comments: