23.2.16

Jawaban Dari Semua Kebingunganku : "EMPATH"




Empath.

Saya pertama kali mendengar istilah itu dari rekan-rekan
di grup indigo, ketika saya agak-agak "curhat" tentang keadaan saya pada mereka. Saya lalu iseng-iseng browsing apa itu Empath dan terjawablah sudah semua misteri gunung berapi eh...misteri teka-teki kenapa saya begini selama ini?? Hmmm....It was an "A-ha!" moment for me.

Sering bermimpi yang seakan-akan kenyataan. Adakalanya tidak bisa membedakan ini sedang dalam mimpi atau sedang di kenyataan. Malahan, mimpi itu ternyata merupakan potongan peristiwa nyata yang dilihat dari sudut pandang seseorang di luar sana yang tidak saya kenali. Tanpa disadari, saya ternyata juga bisa 'merasakan' emosi-emosi orang di sekitar. Sering tidak bisa menahan ledakan emosi orang-orang di sekeliling terutama emosi yang negatif, sehingga berdampak buruk pada kesehatan diri sendiri. Sakit badan yang tiba-tiba muncul, sulit didiagnosa oleh dokter. Sampai akhirnya dokter mendiagnosa saya dengan penyakit autoimun. 

Semua ini membuat saya bertanya-tanya, apa yang salah dengan diri saya. Kadang-kadang saya merasa seperti alien, jika saya menceritakan apa yang saya rasakan pada keluarga juga tidak ada yang percaya. Saya kadang dianggap terlalu berlebihan atau terlalu berimajinasi. Salah satu yang saya ingat dari masa kecil adalah saya sering belajar dan menghapal pelajaran dalam mimpi, saya secara fisik tidur tapi dalam tidur itu saya membuka buku dan menghapal pelajaran. Kadang juga seperti ada yang membisiki kalau sedang menghapal. Namun tidak ada yang percaya kalau cara belajarku seperti itu, saya dianggap mengada-ada. Tapi semakin dewasa kemampuan itu semakin hilang, seiring dengan masa pubertas.  

Ketika masa SD atau SMP saya juga pernah menyadari punya kemampuan "merasakan' aura negatif sebuah bangunan, seperti akan ada sesuatu yang buruk menimpa tempat itu. Ketika saya melewati sebuah  bangunan  tanpa saya sadari seakan terhipnotis, mata saya akan menatap terus ke bangunan itu, sampai saya disadarkan oleh kawan saya. Ternyata beberapa hari kemudian bangunan itu terbakar dan menewaskan pemilik rumahnya. Betapa panik dan takutnya saya ketika mendengar kabar itu, saya merasa bahwa bangunan itu terbakar karena saya. Ketika yang seperti itu terjadi lagi untuk kali kedua dan kali ketiganya, saya tidak lagi menceritakan ke siapa-siapa karena tidak ada yang percaya. Saya telan sendiri semua "perasaan" aneh itu, berusaha mengabaikan semua "perasaan tebal" yang kadang datang itu.

Kebiasaan mengabaikan "perasaan" itu ternyata berdampak buruk pada diri saya ketika dewasa. Saya yang sering sakit-sakitan ketika kuliah (yang waktu itu saya belum sadar sakit itu karena merasakan energi negatif di sekitar), pernah dibawa oleh sanak famili ke sebuah tempat "pengobatan". Sebenarnya waktu itu ada bisikan perasaan yang mengatakan pengobatan ini tidak benar, yang walaupun dia bertameng "uztazah" mengklaim memakai metode islami, tapi saya sebenarnya tahu orang ini adalah dukun yang tunduk pada seorang jin sakti. 

Tapi toh saya sudah terbiasa mengabaikan semua "perasaan" itu. Dan benar, saya ternyata malah semakin parah saja. Saya makin sensitif, semakin tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Saya dengan mudah menyerap energi dari lingkungan. Sehingga saya bisa berubah-ubah menjadi siapa saja dalam satu hari. Identitas diri menjadi hilang dan rancu, saya sendiripun kebingungan. Begitu hubungan dengan orang-orang sekitar juga dipenuhi dengan energi negatif yang besar maka boom!! Saya menjadi sakit parah, sakit fisik dan psikis, yang juga membuat banyak dokter kebingungan.

Saya lalu memutuskan berhenti dari semua hiruk pikuk kehidupan. Pulang ke rumah di Makassar bersama keluarga, menenangkan diri dari hiper energinya kota Jakarta. Mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon pertolongan dan perlindunganNya, memohon jawaban atas kebingungan saya selama ini. Namun jawaban itu semua memang membutuhkan proses.

Suatu ketika saya mengunjungi keluarga di Luwu Timur, tempat yang tenang banyak gunung dan pepohonan, saya juga bisa berwisata ke danau Matano. Saya pikir ini kan bagus untuk kesehatan saya. Pada suatu malam saya bermimpi ada potongan-potongan tubuh manusia dalam kubangan lumpur. Mimpi itu rasanya begitu nyata, ini merupakan salah satu "the dream" tapi seperti biasa saya cuekin saja. Ketika bangun saya sambil lalu menceritakan pada sepupu saya, dia agak gemetar ketakutan juga. Selang beberapa waktu kemudian tante saya (ipar ibu saya) mendapat telepon ada keluarganya yang jadi korban pembunuhan di tengah sawah beberapa waktu lalu, saya sontak kaget. Namun katanya pembunuhnya sudah ditangkap satu orang "kakek" yang sempat beradu mulut dengannya. 

Saya pun ikut ke acara kematiannya (keluarganya ini merupakan orang Toraja beragama Nasrani). Paman dan tante saya lalu diajak melihat ke TKP bersama keluarga korban dan beberapa Polisi. (Saya pake ikut-ikutan segala lagi). Betapa terkejutnya saya ketika melihat sebuah rumah kayu, saya langsung dejaVu. Ini adalah rumah "para" pembunuhnya. Ada seseorang berbaju kaos putih celana pendek masih muda yang turun dari rumah itu memegang parang (itu dalam mimpi saya). Saya katakan itu pada keluarga saya. 

Lalu saya menuju TKP-nya sekitar beberapa meter di belakang rumah itu, di tengah sawah yang berlumpur. Beberapa saat kemudian langsung seluruh mimpi saya teringat kembali. Saya tidak bisa menahan perasaan itu semua, saya minta pulang. Saya tahu pelakunya bukan satu orang, tapi dia dikeroyok termasuk satu orangnya lagi seorang ibu-ibu. Begitu sampai di rumah, saya ceritakan semua itu ke istri korban sambil nangis-nangis karena  saya  merasakan semuanya campur aduk dalam satu waktu. 

Orang-orang bingung dikiranya saya siapanya, keluarga atau anaknya, padahal saya bukanlah siapa-siapanya. Orang-orang tua di sana mengerti dan menenangkan saya dalam kamar, lalu memberi saya berlembar-lembar daun bidara. Di gosokkan di kepala dan badan saya, setelah itu saya baru merasa tenang dan mulai berzikir pelan-pelan. Beberapa waktu kemudian kami mendegar kabar, anak dan istri si kakek pelaku juga ikut ditangkap karena ternyata juga ikut terlibat dalam pembunuhan. 
Kalau saya ingat lagi semua kejadian itu sekarang, ya ampuunn....udah kayak cerita novel kriminal detektif  yang bisa cenayang ya...ckckkcck......

Mengingat semua kejadian yang pernah terjadi di hidup saya ini,  kenapa saya bisa cacar dua kali. (Dua adek saya cacar di waktu yang berbeda dan saya ikut cacar juga di waktu yang sama, padahal saya ada di Bandung adek-adek saya di Makassar), kenapa saya bisa ikut rematik waktu ibu saya mulai rematik, kenapa saya bisa sedih tiba-tiba sampe meneteskan air mata tanpa ada sebab musababnya....Semuanya ini akhirnya ada penjelasannya....

Alhamdulillah akhirnya saya sadar juga. Mulai sekarang saya akan belajar bagaimana caranya mengelola energi, agar bisa senantiasa dipenuhi energi positif dan bisa menolak energi negatif sesuka hati masuk dan mempengaruhi tubuh. Setelah saya sadar ini juga, Alhamdulillah badan yang rutin terasa sakit ini, sekarang sudah gak ada rasa sakitnya. Alhamdulillah.....

Always be positive!!
Gambatte!!






No comments: